-->

Burjo atau Warmindo, Bisnis Waralaba “Ala Indonesia” Dengan Modal Kecil


burjo bisnis waralaba khas indonesia

Burjo, Warmindo, atau Warkop Di Mata Mahasiswa dan Masyarakat

Mahasiswa mana yang gak kenal burjo, warmindo, atau warkop ? di beberapa daerah penyebutan warung yang menyediakan berbagai menu lengkap untuk anak kos berbeda-beda penyebutannya, ada yang menyebutnya burjo, ada juga yang menyebutnya warmindo, dan ada juga yang menyebutnya warkop.

Sebagai mahasiswa burjo adalah tempat makan paling enak, karena biasanya harga dari menu-menu yang ditawarkan sangatlah bersahabat dengan kantong-kantong para mahasiswa, terlebih menu favorit mereka yaitu “Indomie” dikreasikan jadi berbagai masakan yang lezat, seperti omelet, mie dok dok, dan mie tek tek.

Mendengar kata burjo, warmindo, dan warkop, yang akan diingat dari bisnis ini adalah orang kuningan, tidak tau kenapa bisnis ini didominasi oleh orang dari kuningan, mungkin bisnis ini sudah turun-temurun dijalankan oleh warga di sana.

Brand Burjo Yang Potensial

Melihat dari nama, burjo memiliki identitas yang kuat di mata masyarakat, ketika kata burjo terdengar oleh telinga masyrakat, khususnya para orang-orang yang pernah duduk di bangku kuliah, akan langsung terlintas warung makan murah dengan menu yang bersahabat.

Tidak hanya itu, jika melihat sisi ekonomis brand burjo punya potensi tinggi untuk meluas, karena kata tersebut sangat lah mudah diingat, dalam ilmu komunkasi bisnis, dalam membentuk brand setidaknya harus mudah diingat oleh orang, sebagai contoh ketika kita mendengar kata air mineral, yang ada dalam pikiran kita paling tidak merek “Aqua”, nah begitu juga dengan burjo, jika kita ingin makan murah dan nongkrong dengan asik sebagai mahasiswa kata burjo akan terlintas dipikiran kita.

Pelayanan Prima Dari Bisnis Burjo


Kelebihan lain dari bisnis burjo adalah pelayanan prima yang ditawarkan, pernah tidak kita menghitung waktu tunggu kita memesan makanan di burjo? Kalo belum coba bandingkan dengan kamu makan di tempat makan lain, maka akan sangat berbeda, mereka menawarkan kecepatan dalam penyajian, apalagi memesan minuman, cukup hitungan detik hingga 3 menit sudah tersaji.

Jika dilihat dari bagaimana menyajikan hidangan ke konsumennya, burjo bisa dikatakan sebagai “fast-food”nya Indonesia.

Selain itu, hanya burjo -namun di beberapa daerah dan tempat- yang bisa memberikan pelayanan 24 jam, jika melihat jam pelayanan, sudah sama dengan KFC, McDonald, dan berbagai restoran cepat saji lainnya yang mendunia.

Beberapa burjo, menawarkan delivery untuk konsumennya. Karena pasarnya mahasiswa, fitur delivery cukup dibutuhkan karena banyak mahasiswa yang memiliki kegiatan padat, atau mahasiswa yang tidak memiliki kegiatan sedikit pun sehingga mereka malas untuk keluar (Hehehe).

Keuntungan Yang Stabil dan Modal Kecil

Selanjutnya pada aspek bisnis, keuntungan dari burjo itu stabil, di samping menu yang ditawarkan mudah dibuat, seperti indomie rebus telur, omelet, sarden, dan lain-lainnya. Mengapa keuntungan dapat stabil? Karena repeat buyingnya tinggi, misalnya mahasiswa A makan di burjo A, beberapa hari kemudia atau bahkan besoknya mahasiswa A akan makan lagi di burjo tersebut.

Walau, pada saat liburan kampus akan banyak mengurangi keuntungan, namun kabar baiknya, ada saja mahasiswa yang menetap di daerah kampus karena skripsi, KKN, dan kegiatan organisasi lainnya.

Selain itu, bisnis burjo juga minim modal, yang dibutuhkan tempat, etalase, meja, kursi, alat-alat memasak, dan bahan baku. Untuk bahan baku biasanya ada program partnership dari beberapa merek yang sangat terkenal yaitu “Indomie” atau “Gooday”, sehingga jika dilihat cukup kecil modal yang dikeluarkan untuk membangun bisnis satu ini.

Waralaba (Franchise)

Burjo memiliki potensi menjadi waralaba atau bahasa keren anak ekonominya mah (franchise), sistem sudah sangat kita pahami bagi yang sering mampir, dan mudah untuk diaplikasikan ketika membuka cabang-cabang baru.

Masalah yang sering dihadapi oleh para pembisnis yang menekuni bidang franchise adalah kualitas yang menurun pada cabang-cabang mereka, namun tidak dengan burjo, kualitas makanan akan sama, yang akan beda hanya pada rasa, karena pada pembuatan menu tidak ada takaran pasti, namun itu akan dikembalikan kepada selera konsumen.

Begitulah sedikit pandangan tentang franchise “ala Indonesia” yang berpotensi mendunia ini, burjo akan tetap di hati mahasiswa untuk urusan makan, karena seperti ciri khas yang melekat kepada mahasiswa.


Related Posts

Subscribe Our Newsletter